Sabtu, 22 September 2012

pertarungan wacana dalam bingkai ideologi


Manusia dalam menjalani kehidupan selalu membutuhkan suatu hal baru yang dapat memenuhi kebutuhan hasrat jiwanya, sehingga dalam menjalani tersebut apabila ada suatu yang dianggap tidak sesuai dengan realitas yang ada, dianggap kurang responsif  pada kehidupan,  maka dia akan berspekulasi mencari suatu hal yang baru yang dapat mengantarkan pada kehidupan yang lebih sejahtera.  Begitupun dengan ideologi, sebagaimana yang telah banyak teraplikasikan berpuluh-puluh tahun yang lalu. Diataranya ideologi-ideologi tersebut:  Ideologi Kapitalisme, Ebenstein (1990) menyebut kapitalisme sebagai sistem sosial yang menyeluruh, lebih dari sekedar sistem
perekonomian. Ia mengaitkan perkembangan kapitalisme sebagai bagian dari gerakan individualisme.  . Sosialisme,  kelahirannya di latar belakangi oleh kehidupan yang hedonis, paragmatis.  Komunisme, Suatu gerakan revolusi yang menghendaki perubahan pemerintahan yang bersifat parlementer dan dihapuskannya raja.  Berangkatnya  ideologi tersebut merupakan suatu respon terhadap kehidupan yang dianggap kurang mewadahi dalam kehidupan yang sebelumnya.
Dalam gerakakan-gerakan itu mempunyai hasrat yang tinggi untuk mengembangkan ideologinya sehingga pertarungan wacanapun akan dimulai untuk memperjuangkan ideologi kebanggaannya, agar ada yang meneruskan ideologi tersebut.
Dalam kehidupan akademik, ideologi menjadi pertarungan atau wacana yang sangat sengit dalam merekrut aggota baru dengan harapan ada yang menjadi penerusnya nanti. Hal tersebut akan berimbas pada metode atau cara yang digunakan untuk merekrut anggota baru. Maka tidak jarang akan terdengar doktrin-doktrin yang menjung-jung tinggi  ideologinya sendiri, bahkan saling mencaci maki antara ideologi yang satu dengan yang lain. Jelasnya antara organisasi yang satu dengan yang lain.  
Sebagai ingsan akademisi yang memegang fungsi agent of analisis, agent of change, agent of control sungguh sangat ironis sekali apabila percaya pada doktrin-doktrin yang tidak terbukti kebenaran dan terkesan spekulasi saja, sehingga menjerumuskan diri kita dalam jurang yang ber nuansa duri, berangkat dari itu marilah ciptakan suatu analisa yang tajam terhadap organisasi-organisasi yang mengembang ideologi kebanggaannya, sehingga nantinya dapat berproses dengan maksimal dan dapat mengembangkan bakat keilmuan kita maupuan bakat-bakat lain yang terpendam.
Akhir kata . ..Anda bukan siapa-siapa, anda adalah diri anda, anda bebas berkarya, berekspresi, berpendapat,  negara ini  negara demokrasi termasuk anda adalah jiwa demokrasi  dan andapun bebas menentukan kehidupan anda.

Rabu, 11 Juli 2012

Diskriminasi


Diskriminasian Al-Qur’an Terhadap Wanita Dalam Perspektif Teks

Dalam kehidupan bermasyarakat tentunya semua orang ingin di hargai, baik dalam segi ekonomi, pendidikan, keduduka dan sebagainya, yang mana hal tersebut berimbas pada tuntutan kesamaan hak, baik hak untuk mendapatkan perlindungan, hak mendapatkan kesejahteraan, hak mendapatkan pendidikan, hak mendapatkan kedudukan, dan mendapatkan hak untuk disamakan antara satu sama lainnya. Apalagi dalam kehidupan sekarang ini yang semuanya dihiasi oleh gelora dunia yang serba menggunakan paradigma materialisme dalam berbagai hal.
Dalam kehidupan sosial hal tersebut menjadi suatu penomena yang aktual dalam sirkulasi perjalanan kita dalam menelusuri titik henti ruang dan waktu. Sehingga tidak asing lagi bagi kita adanya orang bertengkar antara satu sama lainnya, perceraian, bahkan kecemburuan sosial dalam menuntut hak-haknya untuk dipenuhi.
             Sebagai orang islam yang menjadikan titik centralnya Al-Qur’an dan Al-sunnah tentunya masih sangat sulit sekali untuk mendapatkan uluran tangan yang seimbang dalam segala hal, khususnya di dalam masalah pembagian harta pusaka, dimana disitu wanita dipandang sebagai orang nomer dua, yang harus diterima oleh sluruh ummat islam khususya wanita, karena hal tersebut sudah terpampang dalam al-Qur’an,   sebagaimana firman Allah SWT:
يوصيكم الله فىاولادكم لذكرمثل حظ الانثيين (النساء: ۱۱)
“Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu: bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan. . .(An-Nisa’: 11)
Mengaca pada ayat ini sungguh sangat jelas sekali  pendiskriminasian terhadap wanita karena 1 banding 2. Dalam Al-Qur’an masih banyak sikap sebagai jurang pemisah antara orang laki-laki dengan orang perempuan dalam sikap prilaku kehidupan, dimana hal tersebut sangat merugikan pihak perempuan selaku umat beragama yang sama-sama jugak mengharap ridho Allah yang maha kuasa dalam ruang geraknya.   seperti yang terjadi dalam masalah pembagian harta pusaka tersebut, dan jugak tentang  Kepemimpinan, Aurat dan sebagainya.
            Dalam kehidupan dunia yang serba bebas ini, tentunya sebagai orang muslim khususnya wanita harus menyadari hal tersebut sehingga tidak ada nantinya yang namanya gerakan feminisme, persamaan gender dan sebagainya, kalau masih mengaku orang islam dan menjadikannya al-Qur’an dan al-sunnah sebagai gerak langkah hidupnya, kerena hal tersebut hanya mencederai iksistensi seorang wanita itu sendiri. Sebagai seorang muslim tidak harus meniru atau mencontoh perilaku barat yang  berkeinginan semuannya serba disamakan antara laki-laki dengan perempuan, yang nantinya hanya  merusak moral bangsa tercinta ini. Orang barat menginginkan konsep kesamaan tersebut, itu hanya suatu konsep yang dijalankan untuk menghancurkan dunia kita khususnya bagi dunia Islam, dan jugak kalo kita berpikir sejenak antara laki-laki dan wanita itu terdapat suatu perbedaan yang tidak mungkin bisa disamakan, oleh karena itu tidak mungkin dalam berbagai hak laki-laki dengan hak seorang perempuan disamakan pula. Tuhan lebih tau keadaan dunia ini yang sesungguhnya, kita hanya bisa berusaha semampu kita untuk meraba, mengamati ciptaannya menggunakan literatur yang ada yaitu Al-Qur’an dan hadits Nabi SAW.
Mengaca pada hal tersebut, bukan berarti Al-Qur’an mengkung-kung ruang gerak orang-orang wanita dalam menjalankan seluruh hasratnya untuk mengaplikasikan dalam bentuk tindakan, dalam hal ini justru Al-Qur’an bersikap netral terhadap orang-orang yang setia menemani semasa hidupnya. Sebagaimana  dalam ayat yang lain jugak menerangkan tentang hak bagi seluruh ummat manusia, sebagaimana Firman-Nya:
من عمل سيئة فلايجزى إلامثلها ومن عمل صلحامن ذكرأوأنثى وهومؤمن فأولئك يدخلون الجنة يرزقون فيها بغير حساب (٤۰)
“Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab”(Al-mu’min:40)

من عمل صلحامن ذكرأوأنثى وهومؤمنٌ فلنحيينَّهُ حيوةطيبةً ولنجزينهم أجرهم بأحسن ماكانويعملون
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”(An-Nahl:97)
Dengan ayat tersebut mengambarkan hamparan bumi dan luasnya lautan menjadi ajang kreatifitas yang diperuntukkan Tuhan kepada manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini, bagaikan hamparan udara yang siap dipermainkan demi kepentingan umat manusia. Jadi jelas sekali bahwa setiap manusia mendapatkan pahala sesuai apa yang dikerjakannya, dalam hal ini Al-Qur’an memberi kebebasan kepada manusia baik laki-laki maupun perempuan sesuai dengan kodratnya masing-masing.

Selasa, 26 Juni 2012

sejarah singkat Abu Hurairah


Abu Hurairah
Shabat mulia Abu Hurairah termasuk salah seorang dari mereka yang banyak menghafal hadits, sungguh dia mempunyai bakat luar biasa dalam kemampuan dan kekuatan iangatan . Abu hurairah r.a. mempunyai kelebihan dalam seni menangkap apa yang didengarnya, sedang ingatannya mempunyai keistimewaan dalam seni mnghapal dan menyimpan apa yang didengarnya, ditampungnya lalu terpatri dalam ingatannya hingga dihafalkannya, hampir tak pernah ia melupakan satu kata atau satu huruf pun dari apa yang telah didengarnya, sekalipun usia bertambah dan masa pun telah berganti-ganti. Oleh karena itulah, ia telah mewakafkan hidupnya untuk lebih banyak mendampingi Rasulullah sehingga termasuk yang terbanyak menerima dan menghafal Hadits, serta meriwayatkannya.
Sewaktu datang masa pemalsu-pemalsu hadits yang dengan sengaja membikin hadits-hadits bohong dan palsu, seolah-olah berasal dari Rasulullah saw. Mereka memperalat nama Abu Hurairah dan menyalahgunakan ketenarannya dalam meriwayatkan Hadits dari Nabi saw, hingga sering mereka mengeluarkan sebuah “Hadits”, dengan menggunakan kata-kata:-” Berkata Abu Hurairah.. . . . ”.
            Dengan perbuatan ini hampir-hampir mereka menyebabkan ketenaran Abu Hurairah dan kedudukannya selaku penyampai Hadits dari Nabi saw. Menjadi lamunan keragu-raguan dan tanda Tanya, kalaulah tidak ada usaha dengan susah payah dan ketekunan yang luar biasa, serta banyak waktu yang telah dihabiskan oleh tokoh-tokoh utama para ulama Hadits yang telah membaktikan hidup mereka untuk berhidmat kepada Hadits Nabi dan menyingkirkan setiap tambahan yang dimaksudkan ke dalamnya.     
            Di sana Abu Hurairah berhasil lolos dari jaringan kepalsuan dan penambahan-penambahan yang sengaja hendak diselundupkan oleh kaum perusak  ke dalam islam, dengan mengkambing hitamkan Abu Hurairah dan membebankan dosa dan kejahatan mereka kepadanya..
Abdurrahman bin Shakhr Al-Azdi (عبدالرحمن بن صخر الأذدي) (lahir 598 - wafat 678), yang lebih dikenal dengan panggilan Abu Hurairah ( أبو هريرة), adalah seorang Sahabat Nabi yang terkenal dan merupakan periwayat hadits yang paling banyak disebutkan dalam isnad-nya oleh kaum Islam Sunni.
Ibnu Hisyam berkata bahwa nama asli Abu Hurairah adalah Abdullah bin Amin dan ada pula yang mengatakan nama aslinya ialah Abdur Rahman bin Shakhr.
 Masa muda
Abu Hurairah berasal dari kabilah Bani Daus dari Yaman. Ia diperkirakan lahir 21 tahun sebelum hijrah, dan sejak kecil sudah menjadi yatim. Nama aslinya pada masa jahiliyah adalah Abdus-Syams (hamba matahari) dan ia dipanggil sebagai Abu Hurairah (ayah/pemilik kucing) karena suka merawat dan memelihara kucing. Ketika mudanya ia bekerja pada Basrah binti Ghazawan, yang kemudian setelah masuk Islam dinikahinya.
Menjadi muslim
Ia datang kepada Nabi saw. Di tahun yang ke tujuh hijrah sewatu beliu berada di Khaibar; ia memeluk islam karena dorongan kecintaan dan kerinduan. . . . dan semenjak ia bertemu dengan Nabi saw. Dan berbai’at kepadanya, hamper-hampir ia tidak berpisah lagi daripadanya kecuali pada saat-saat waktu tidur.  . . begitulah perjalanan selama masa empat tahun yang dilaluinya bersama Rasulullah saw. Yakni sejak ia masuk islam sampai wafatnya Nabi, pergi ke sisi Yang Maha Tinggi.
Peran politik
Di zaman Umar bin Khatthab ia diangkat sebagai amir untuk daerah Bahrain, dan ketika Abu Hurairah di tawarkan jabatan di daerah baru, beliu menolak, dan meminta maaf karena tidak dapat menerimanya.
Ketika perselisihan terjadi antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan, ia tidak berpihak kepada salah satu di antara mereka.
Periwayat hadits
Abu Hurairah adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits dari Nabi Muhammad, yaitu sebanyak 5.374 hadits. Di antara yang meriwayatkan hadist darinya adalah Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah, dan lain-lain. Imam Bukhari pernah berkata: "Tercatat lebih dari 800 orang perawi hadits dari kalangan sahabat dan tabi'in yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah".
Marwan bin Hakam pernah menguji tingkat hafalan Abu Hurairah terhadap hadits Nabi. Marwan memintanya untuk menyebutkan beberapa hadits, dan sekretaris Marwan mencatatnya. Setahun kemudian, Marwan memanggilnya lagi dan Abu Hurairah pun menyebutkan semua hadits yang pernah ia sampaikan tahun sebelumnya, tanpa tertinggal satu huruf.
Salah satu kumpulan fatwa-fatwa Abu Hurairah pernah dihimpun oleh Syaikh As-Subki dengan judul Fatawa' Abi Hurairah. Abu Hurairah sejak kecil tinggal bersama Rasulullah.[rujukan?]
Keturunan
Abu Hurairah termasuk salah satu di antara kaum fakir muhajirin yang tidak memiliki keluarga dan harta kekayaan, yang disebut Ahlush Shuffah, yaitu tempat tinggal mereka di depan Masjid Nabawi. Abu Hurairah mempunyai seorang anak perempuan yang menikah dengan Said bin Musayyib, yaitu salah seorang tokoh tabi'in terkemuka.
Wafat
Pada tahun ke-59 ia wafat dalam usia 78 tahun. Jasadnya dikebumikan di tempat yang penuh berkah di antara orang-orang saleh penghuni al-Baqi’.
Referensi
·         Mursi, Muhammad Said. Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah. Penerjemah: Khoirul Amru Harahap, Lc, MHI & Achmad Fauzan, Lc, MAg. Cet-1, Jakarta. Pustaka Al-Kautsar, 2007.
·         Khalid, Muhammad Khalid. Karakteristik perihidup enam puluh shahabat rasulullah. Penerjemah: Mahyuddin Syaf dkk. bandung: cv. Diponegoro, 1998.
·         Khalid, Muhammad Khalid. Para sahabat yang akrab dalam kehidupan rasul. Penerjemah: M.arfi Hatim. Jakarta: pt. raja grafindo persada. 2000.